Prangko lain dulu lain sekarang. Dulu bila kita ingin mengirim kabar kepada seseorang kita pasti akan menuju Kantor Pos untuk menyampaikan surat dan tak lupa menempelkan prangko pada amplop serta menuliskan alamat yang akan dituju.
Namun sekarang, kemajuan teknologi semakin memudahkan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain tanpa mengenal batas ruang dan waktu. Penggunaan media telepon dan komputer memudahkan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain tanpa harus menunggu lama.
Tidak mengherankan bila anak-anak sekarang kurang mengenal apa itu prangko. Sebab, mereka sudah terbiasa menggunakan handphone dan laptop untuk menyampaikan pesan dan berkomunikasi dengan orang lain. Tak ayal sekarang ini prangko ibarat pohon jati yang kekurangan air. Hidup segan matipun tak mau.
Fenomena tersebut mendorong Museum Prangko yang dikepalai Hj. Salastri Sugiharti menjalin kerjasama dengan MGMP Bahasa Indonesia SMP Provinsi DKI Jakarta yang diketuai Ismathohir guna memperkenalkan Prangko kepada para siswa sebagai media pembelajaran yang menyenangkan. Kerjasama tersebut diwujudkan dengan menggelar seminar sehari di Museum Prangko yang berada di kawasan TMII belum lama ini dengan nara sumber Cristie Damayanti dan Hj. Kissumi Dwiyananingsih.
Sebegitu pentingnya seminar tersebut mendorong para petinggi dari berbagai instansi terkait mau meluangkan waktunya guna memberikan sentuhan motivasi bagi revitalisasi prangko dan peran museum. Mereka yang hadir mulai dari Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, H. Taufik Yudi Mulyanto, Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Syukri Batubara, Kepala Devisi Regional IV Jakarta, hingga Kabid Tendik Dinas Pendidikan, Hj. Ida Hidayati.
Menurut Hj. Salastri Sugiharti, maksud dari kegiatan ini untuk memperkenalkan Museum Prangko Indonesia dan prangko kepada para guru dan siswa bahwa museum dan prangko memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran dan mengajak para guru dan siswa bergabung menjadi “Sahabat Museum”. Sehingga, usai acara ini para guru dan siswa dapat menjadikan museum sebagai tempat menyenangkan dan wajib untuk dikunjungi untuk mendapatkan informasi sekaligus tempat rekreasi.
Seminar yang digelar selama satu hari, tutur Hj. Salastri Sugiharti, diikuti 147 orang guru bahasa Indonesia SMP se-DKI Jakarta dan 16 orang siswa. Ia berharap usai mengikuti seminar para guru dapat menginformasikan hasil yang didapat kepada para guru lainnya dan menjadikan prangko dan museum sebagai salah satu sumber pembelajaran.
Menurut Syukri Batubara, kegiatan mengumpulkan dan mempelajari prangko (filateli) merupakan kegiatan yang menyenangkan sekaligus mencerdaskan. Ini bisa dipupuk di sekolah melalui berbagai bentuk aktivitas baik terintegrasi dalam kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan ektrakurikuler.
Filateli, sangat berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta membentuk jaringan (networking). Namun, ini belum tersosialisasi dengan baik sehingga masyarakat masih kurang memahami manfaat dari prangko dan museum itu sendiri.
Untuk itu, museum prangko harus merubah citra dan orientasinya menjadi pusat rekreasi yang edukatif dan pusat studi. Semoga seminar ini dapat menjadi sarana sosialisasi kepada masyarakat terutama pelajar dan guru melalui MGMP Bahasa Indonesia SMP DKI Jakarta.
Kepala Dinas dalam sambutannya yang dibacakan Hj. Ida Hidayati menuturkan bahwa zaman yang serba canggih ini, akan berdampak juga pada penggunaan perangko dalam dunia surat-menyurat dan kesetiaannya kepada museum. Penggunaan SMS, E-mail dalam berkomunikasi adalah fakta yang tak terbantahkan.
Untuk itu saya minta kepada jajaran MGMP Bahasa Indonesia untuk segera tanggap. Segera merevitalisasi program-programnya sehingga mampu bermitra dengan baik, saling asah, saling asuh dan saling asih.
Gunakan kemitraan ini sebagai tonggak meningkatkan kualitas profesional guru dan dilaksanakan secara konsisten, yang ujungnya akan berdampak pada peningkatkan harkat dan martabat guru.
Ada empat hal penting yang perlu kita ketahui dalam bermitra yakni memiliki kepribadian; memiliki skill kemampuan untuk berkomunikasi, bertutur kata yang satun; memiliki kemampuan menalar dari berbagai persoalan dengan bijak, terbuka sesuai dengan tuntutan realita yang ada; dan mampu membangun kultur yang kondusif.
Pendidikan karakter menjadi bagian penting pendidikan nasional. “Saya yakin para guru Bahasa Indonesia akan mampu menterjemahkan museum dan prangko sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam pendidikan karakter”. Tokoh nasional yang sudah “ diprangkokan ” akan dapat dijadikan alat peraga dalam bercerita dan sekaligus disampaikan amanat yang tersirat dalam prangko tersebut. Pastikan peserta didik kita memiliki moral, perilaku dan semangat yang benar dan baik. Museum dan Prangko kita jadikan media pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik dan inovatif bagi guru.
Disetujui atau tidak pada dasarnya para guru itu “ haus ilmu “. Jadi seminar ini memang yang sangat diharapkan oleh para guru. Oleh karena itu atas nama guru, saya ucapkan terima kasih kepada Museum Prangko Indonesia yang telah memberikan peluang untuk guru, mengikuti seminar yang menjanjikan. Para peserta diharapkan aktif memberi masukan dalam seminar ini. Sehingga hasilnya dapat menjadi referensi pembelajaran.
Disela-sela acara, H. Taufik Yudi Mulyanto memberi apresiasi kepada para guru bahasa Indonesia yang tergabung dalam MGMP Bahasa Indonesia SMP DKI Jakarta. Ini, tutur H. Taufik Yudi Mulyanto merupakan salah satu bentuk terobosan dan inovasi serta kreasi dari para guru guna menambah pembendaharaan metode pembelajaran bagi para siswa.
Prangko, ungkap H. Taufik Yudi Mulyanto, dapat menjadi media pembelajaran pendidikan karakter. Ini mengingat, gambar dalam prangko beraneka ragam seperti gambar pahlawan nasional. ini bisa membangkitkan rasa nasionalisme. Ia berharap, guru-guru bidang studi lainnya dapat pula menjadi prangko sebagai media pembelajaran. ◙ /Yadi/P.02/
Posting Komentar