H. Agus Suradika, Mengusung Perubahan bagi Pencerahan Pendidikan
Investasi bukanlah sebuah spekulasi. Investasi membutuhkan perencanaan, ketekunan, keuletan bagi pemenuhan harapan masa depan yang lebih baik. Pendidikan menjadi aset yang bisa diinvestasikan sebagai pengembangan sumber daya masa depan yang berkelanjutan. Pemerintah DKI Jakarta tak pelak tengah mempersiapkan rencana besar pengembangan investasi masa depan.
Terbukti program demi program telah diluncurkan demi mengusung perubahan manusia ibukota. Basis utama ini ada pada pembangunan manusia melalui pendidikan, Dinas Pendidikan DKI Jakarta, pun menjadi sebuah institusi yang akan terus mendenyutkan investasi pembangunan pendidikan. Mengusung arah pengembangan tersebut, maka faktor guru, sarana/prasarana dan sinergitas masyarakat menjadi kunci bagi terwujudnya suatu perubahan.
Pemerintah DKI Jakarta melalui dinas pendidikan Jakarta harus bisa memberikan pelayanan yang terbaik sekaligus mampu membaca keinginan masa depan. Dukungan masyarakat pendidikan dan kuatnya keterukuran program dalam berbagai aspek menjadi sebuah jaminan bagi terwujudnya investasi manusia ibukota.
Dinas Pendidikan DKI Jakarta terus tertantang untuk mewujudkan perbaikan kualitas pendidikan. Demikian harapan H. Agus Suradika ketika kali pertama menduduki kantor barunya di Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Ia dipercaya sebagai Wakil Kepala Dinas Pendidikan yang dipimpin H. Taufik Yudi Mulyanto. Pria kelahiran Jakarta, 21 Agustus 1962 ini sebetulnya sangat biasa mengunyah berbagai teori pendidikan.
Sebagai dosen luar biasa di beberapa universitas, suami dari dr. Ratnawati ini juga sebagai peneliti, ketua pimpinan Muhammadiyah DKI yang terus aktif menulis di berbagai media. Diakuinya, bahwa persoalan pendidikan yang paling urgen di Jakarta ini, yakni berporos pada perlunya peningkatan kualitas guru, perbaikan sarana dan prasarana serta upaya menguatkan peran organisasi guru sebagai pendorong perubahan.
Sosok guru di ibukota ini selayaknya menjadi figur yang mumpuni, ia harus menguasai kompetansi akademik dan nonakademik serta memiliki kecakapan dalam menggunakan teknologi komputer. Betapa tidak dunia saat ini ibarat hanya selebar daun kelor. Internet menjadi jendela dunia. Guru harus bisa memanfaatkan kemajuan dunia informasi di era gelombang ketiga ini.
Kompetensi menggunakan teknologi informasi menjadi kebutuhan masa depan yang akan terus dikembangkan para guru. Menurut ayah dari tiga anak, Ardiani Qunuwati, Ardiana Meilinawati, dan Mohammad Ardhanie Amrullah, guru merupakan agen perubahan guru masa depan cakap, cepat, dan kuat dalam komitmen. Sebagai agen perubahan, guru dituntut berperan aktif alam memajukan dan mencerahkan visi organisasi keprofesiannya dalam hal ini PGRI.
Secara akademik ia mutlak tampil penuh percaya diri karena mampu hadir sebagai pengampu bidang studi yang diajukannya. Ia harus terus menaikkan kariernya ke jenjang pangkat guru utama. Tugas pokoknya tak pelak, yakni mengajar, meneliti dan memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Guru tidak boleh terkooptasi pada target menjadi kepala sekolah karena ”jabatan kepala sekolah” itu hanya tugas tambahan. Guru harus mampu memaknai eksistensi pendidikan sebagai investasi masa depan yang bernilai sangat mahal. Guru menguatkan pencitraan secara kolektif melalui PGRI. Induk organisasi terbesar di tanah air ini hanya akan kuat dan memiliki posisi tawar yang tinggi bila didukung para guru yang cakap dan berwawasan masa depan.
Dinas pendidikan saat ini terus mendorong perubahan dengan menerapkan standar pelayanan di berbagai sektor. Pihaknya juga telah mendorong perlunya pengangkatan guru honor. Patut dicatat saat ini ada 10 ribu guru honor yang tengah diperjuangkan untuk mendapatkan honor yang layak. Mereka diupayakan diangkat menjadi PNS sesuai dengan data dan pemetaan kebutuhan guru di ibukota.
Di sisi lain, perbaikan sarana/prasarana terus dipantau dan dilakukan secara sistemik dan terukur. Perbaikan itu tengah dan terus berlangsung. Dengan demikian ini akan bisa menaikkan kinerja sekolah sekaligus akan menciptakan iklim persaingan yang sehat. Diakui doktor UNJ yang juga menantu Prof. Dr. H. Soekarno, MPA , investasi pendidikan yang disemai sangat membutuhkan sinergitas masyarakat yang akan bisa dilihat dalam kurun waktu tertentu. Jakarta harus menjadi contoh perubahan dan peningkatan mutu pelayanan pendidikan.
Saat ini para guru Jakarta dituntut mampu mengoptimalkan ketercapaian standar kompetensi siswa. Tak ayal, setiap sekolah berdasarkan rambu KTSP harus bisa menyusun kurikulum yang mangkus berwawasan kekinian dan keakanan. Tak ada ceritanya lagi jika guru Jakarta tidak melek terhadap teknologi informasi. Guru menjadi garda depan dalam proses pentransformasian ilmu dan nilai-nilai edukasi guna menguatkan akar jatidiri bangsa.
Sejatinya guru mengusung iklim persaingan dalam berprestasi. Artinya, otonomi guru berperan dalam proses inseminasi iklim belajar yang mendorong persaingan antarsekolah. Misalnya, dalam ujian nasional (UN) setiap sekolah perlu mengoptimalkan pemerolehan hasil UN. Sekolah papan bawah, tengah dan atas berjuang menaikkan peringkat UN.
Pada gilirannya iklim persaingan pun berlanjut pada eksplorasi potensi siswa di bidang ekstrakurikuler dan bidang lainnya di luar potensi akademik. Proses pemberdayaan sekolah, siswa, guru perlu dioptimalkan melalui program setiap sekolah. Program pemberdayaan ini kelak menjadi proses berkelanjutan dalam mempersiapkan generasi baru warga Jakarta yang terdidik dan mampu bersaing, berwawasan dan beretoskerja/belajar yang mumpuni.
Anak Jakarta dari pasangan Abdillah Dul Baisan (alm) dan Hj. Siti Marminah ini memang banyak terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis pendidikan. Sebelum menjabat wakil di dinas pendidikan, berpuluh hasil penelitiannya menjadi sandaran bagi penentuan arah program bagi perubahan pendidikan bagi anak-anak ibukota. Itu sebabnya, ia mendorong agar guru bisa mandiri dalam mencerahkan visi akademik dan organisasi.
Guru harus bisa membaca arah paradigma pendidikan masa depan. Jatidirinya harus kuat. Secara organisatoris, melalui organisasi profesi, seperti PGRI guru bisa memperjuangkan hak-haknya secara optimal. PGRI perlu menaikkan tajinya untuk mengusung perubahan nasib guru. Sejatinya PGRI tak terkooptasi dengan paradigma arah loyalitas semu seperti di era Orde Baru. Penajaman visi-misi guru akan kuat dan memiliki posisi tawar yang tinggi bila semua guru itu cerdas dan berwawasan kebangsaan tinggi. Semua terpulang pada guru. Dinas Pendidikan DKI Jakarta akan terus mengawal semua kebijakan pemerintah secara totalitas berpihak pada perubahan nasib guru dan peningkatan kualitas pendidikan anak-anak Jakarta, imbuh lulusan S.3 terbaik (lulus cumlaude) UNJ tahun 2000 penuh optimis. ◙ /Yadi/Gun/P.02/
Posting Komentar