Pertaruhan mahal menjadi jaminan sekaligus gengsi bagi SMPN 49 yang dikenal sebagai sekolah unggulan. Berbasis program pengembangan standar mutu sekolah yang dipimpin Drs. H. M. Dimyati tak henti melaunching berbagai pelayanan pendidikan bagi masyarakat di sekitar Kramatjati. Salah satu program yang terbukti menuai sukses yakni diberlakukannya program pendalaman materi secara intensif yang berbeda dengan SMP lainnya.
Bukan tanpa alasan. Seluruh guru dan karyawan yang didukung dengan komitmen tinggi dari komite sekolah bertekad menaikkan prestasi anak-anak Kramatjati sebagai salah satu sekolah terbaik di Jakarta. Fakta empirik yang tak dipungkiri yakni sekolah yang bermarkas di Jl. Raya Bogor KM. 20, Kramatjati, Jakarta Timur ini berada di peringkat lima di DKI dan peringkat satu untuk tingkat kota administrasi Jakarta Timur dengan nilai rata-rata 8,97. Ini berarti terjadi peningkatan yang signifikan mengingat tahun lalu sekolah ini berada di peringkat delapan untuk DKI dan peringkat dua untuk Kota Administrasi Jakarta Timur.
Sepanjang tahun prestasi pun terus meningkat dan diperharum dengan segundang prestasi non akademik mulai dari bidang keagamaan, olahraga, seni hingga olimpiade. Kilau prestasi anak-anak Kramatjati ini menggambarkan sebuah keharmonisan kerja para pembina beserta staf H.M. Dimyati. Alih-alih dari sukses ini pun menjadi semacam ‘trade mark’ atau ciri kekhasan SMP ini. Tak ayal, sekolah ini selalu menjadi idola anak-anak di Jakarta Timur. Apalagi sekolah yang terakreditasi A ini dipercaya menyandang label Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
Satu hal yang paling unik dalam proses pembinaan prestasi di sekolah ini yakni diterapkannya kelas standar berbasis kurikulum yang dikembangkan melalui kerjasama dengan sekolah dari Filipina dan Thailand. Bahkan, sekolah yang membina 1.047 siswa ini memiliki speaking English area bagi siswanya. Pembiasaan ini bukan mengada-ada atau mencari sensasi. Alasannya cukup sederhana yakni bagaimana sekolah ini bisa go international. Ini mengingat label RSBI sudah disandang.
Namun, yang patut dicatat sekolah yang memiliki visi sekolah standar nasional yang bertaraf internasional dan berkompetisi global ini memberi tempat tersendiri bagi siswa kalangan masyarakat kurang mampu untuk mencicipi rasanya bersekolah berfasilitas internasional dengan membebaskan mereka dari biaya apapun. Tak tanggung-tanggung sebanyak 20 persen siswanya mulai dari kelas VII dan kelas IX bebas dari pungutan apapun alias gratis.
Wajar, bila masyarakat kurang mampu yang memiliki anak berotak encer berbondong-bondong mendaftar di sekolah yang kini memiliki 61 orang guru dan 22 orang karyawan ini. Bahkan, salah seorang siswa yang dibebaskan dari biaya apapun ini meraih predikat terbaik karena menjadi peringkat pertama perolehan hasil UN-nya di sekolahnya.
Ya, Sonia Capirosi Ayuningtias begitu nama siswi tersebut berhasil mengalahkan rekan-rekannya dalam perolehan nilai UN. Sonia berhasil memperoleh nilai 9,40 untuk bidang studi Bahasa Indonesia, 9,75 untuk IPA dan nilai 10 untuk Bahasa Inggris dan Matematika dengan nilai rata-rata 39,15.
Artinya, SMPN 49 telah berhasil memfasilitasi siswa tidak mampu untuk mendapatkan pendidikan berfasilitas internasional seperti halnya siswa dari kalangan yang mampu. Dengan kata lain, siswa tidak mampu pun bisa mengeyam pendidikan di sekolah negeri meskipun berlabel RSBI. ◙ /Yadi/Daulat/P.02/
Posting Komentar