Siapa yang percaya sekolah yang dipandang elit di bilangan Setia Budi bakal membebaskan biaya pendidikan untuk semua siswa? Apa benar dan bisa ? Mungkin ini menjadi semacam utopia di tengah gencarnya kritik tajam terhadap mahalnya biaya pendidikan SLTA. Bahkan Indonesia Corruption Watch (ICW) memasukkan SMA yang dinahkodai Drs. H. Edi Sumarto ini dalam daftar intaian sekolah yang ‘materialis’.
Uangnya siapa yang akan tersedot untuk semua biaya pendidikan. Tentu bukan uang dari Gayus Tambunan atau kiriman bergepok-gepok dalam dus durian monthong atau pula dari aliran kocek Nazaruddin yang belakangan ini sangat kesohor sebagai ‘pengerat’uang negara.
Pernyataan ini sangat menggoda Gema ketika mewawancarai Istiqomah, Ketua Komite SMA 3. Istiqomah ibu muda yang menyekolahkan anaknya di SMA tempat Krisdayanti dulu belajar di sini bukan karena suaminya itu alumnus atau ingin anaknya jadi selebriti. Diakui ibu berparas cantik ini, SMA 3 memiliki tradisi kentalnya kekeluargaan dan kuatnya empati untuk saling berbagi. Semangat ini menguatkan dirinya untuk menyisihkan waktu sebagai ketua komite. Sangat berat mengemban kewajiban ini. Terus terang hanya niat mengusung sebuah perubahan agar SMA ini kian mentereng prestasinya, membuatnya tertantang segera membuktikan tradisi kuatnya silaturahmi dan empati anak-anak Setia Budi.
Tak terbantahkan saat ini komite SMAN 3 bertambah eksis menggenjot lahirnya sebuah perubahan spektakuler. Karena memang dikenal rajin menyantuni para siswa berekonomi lemah. Pemberian bantuan bea siswa ini juga dilatarbelakangi keterbukaan manajemen sekolah. Istiqomah menilai ada tiga aspek yang dapat memberi jaminan mutu SMA 3, yaitu kompetensi, akreditasi dan akuntabilitas. Lulusan SMA 3 dianggap telah memenuhi memiliki kompetensi yang dituntut kurikulum. SMA 3 ‘accredited’ sangat baik dan mampu bersaing menghasilkan lulusan bermutu. Dampaknya, kini masyarakat sangat percaya akan pelayanannya. Akuntabilitas kinerja dan akuntabilitas keuangan secara sistemis mengacu kepada pemberdayaan pilar-pilar pendukung tegaknya kualitas sekolah.
H. Edi Sumarto yang belum genap setahun memimpin sekolah ini menambahkan pilar tersebut, yakni kepala sekolah, karyawan dan guru, siswa, orang tua siswa/komite sekolah dan alumni. Pilar ini menjadi kuat bila sekolah membuka dinamika pengawasan secara demokratis. Keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan dukungan orangtua, masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di sekolah. Di samping itu transparansi dapat menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan warga sekolah. Ini terwujud melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Begitu aku H. Edi Sumarto di ruang kerjanya.
Keterbukaan ini dibenarkan Ansor selaku Kepala Tata Usaha. Menurutnya, beberapa informasi keuangan dapat, dibaca, dikaji, diketahui oleh semua warga sekolah dan orang tua siswa. Misalnya, rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS) sudah dimuat dalam situs sekolah dan ditempel di papan pengumuman di ruang guru atau di depan ruang tata usaha. Siapa saja yang membutuhkan informasi itu dapat dengan mudah mendapatkannya. Orang tua siswa bisa mengetahui berapa jumlah uang yang diterima sekolah dari orang tua siswa dan digunakan untuk apa saja uang itu. Perolehan informasi ini menambah kepercayaan orang tua siswa terhadap sekolah.
Kondusivitas ini rupanya mendapat sambutan positif dari para alumni SMA 3. Istiqomah menjelaskan dalam waktu dekat akan digelar syukuran bertajuk hari ulang tahun (haul) ke-58 SMA 3. Ikatan alumni sekolah ini berencana membuka pundi kasih atau penghimpunan dana pendidikan yang sifatnya suka rela namun mengikat. Pundi kasih inilah yang menjadi pembeda SMA 3 dengan SMA lainnya.
Wujud nyata gerakan pundi kasih ini berupa tabungan/sumbangan para alumni yang terhimpun dalam wadah Ikatan Alumni SMA 3. Orientasinya tak pelak akan aktif membiayai semua kegiatan pendidikan di sekolah. Melalui kegiatan manajemen keuangan, maka kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien. Ini jangan diartikan, bahwa alumni akan mengambil alih semua tugas manajemen keuangan sekolah karena semua program kegiatan sekolah yang menentukan adalah sekolah melalui raker guru/karyawan.
Gerakan empati tabungan sebagai pundi kasih ini bila bisa diwujudkan menjadi sangat fenomena. Pasalnya, semua siswa bakal digratiskan dari biaya pendidikan. Secara langsung peran Ikatan Alumni SMAN 3 Jakarta akan mangkus dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah; meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah dan mengenolkan penyalahgunaan anggaran sekolah. Bukan tak beralasan para anggota komite pun sebagian besar adalah alumni.
Beranjak dari pemikiran ini pula Ikatan Alumni SMAN 3 Jakarta membulatkan tekad untuk sepenuhnya menikkan pamor sekolah. Bila ini terwujud bisa dipastikan anak-anak pandai, berbakat akan berlomba memilih SMAN 3. Dampaknya dipastikan juga akan meningkatkan kepercayaan dan kepuasan publik terhadap sekolah. Yang paling besar gaungnya, yakni akan menumbuhkan kesadaran kolektif alumni yang telah mapan dan sukses untuk menyisihkan uangnya bagi penyelenggaraan pendidikan berkualitas di SMAN 3. Ini tentu akan menjadi trade mark SMAN 3 Jakarta. ◙ /Yadi
Posting Komentar